Tanjungpandan, Media Center – Bupati Belitung, Sahani Saleh, temui ratusan pendemo di halaman kantor Bupati, selasa (17/05/2022). Pendemo ini berasal dari petani sawit yang mengeluhkan adanya larangan ekspor CPO.
Menurut para petani larangan ekspor CPO ini membuat arus keluar masuk tangki pengolahan di perusahaan diperkecil. Oleh karena itu pihak perusahaan belum bisa membeli sawit dari perkebunan petani. Tirta, koordinator aksi petani sawit mengaku bahwa buah sawit yang telah dipanen mulai membusuk.
“Kemarin kami sudah panen 21 ton sekarang busuk, kalau siapa mau lihat. Itu mau tidak mau dibakar atau dikubur,” ujar Tirta
Dirinya berharap bahwa perusahaan sawit dapat segera menerima pembelian dari sawit masyarakat. Menurutnya perusahaan sempat menjanjikan akan mulai membeli kembali pada tanggal 4 mei lalu, namun hal ini belum terealisasikan sampai saat ini.
Bupati Belitung, Sahani Saleh yang turun langsung menemui massa aksi menyebut bahwa dirinya mendukung tuntutan para petani. Menurut Bupati seharusnya pelarangan ekspor tidak perlu dilakukan asal ada penghitungan jumlah produksi dalam negeri dikurangi kebutuhan dalam negeri. Sisanya diperbolehkan untuk diekspor.
“Nah ini kan kemarin kebobolan dalam ekspor, tanpa menghitung kebutuhan rakyat dalam negeri, akhirnya inilah akibatnya,” ungkap Bupati Sahani.
Sementara itu terkait permintaan kedua massa aksi untuk meminta pendirian pabrik kepala sawit (PKS) tersendiri, Bupati menyebut sudah mendukung sejumlah pihak swasta yang ingin membuka pabrik kelapa sawit di Belitung. Namun hingga saat ini masih terkendala izin pendirian usaha.
” Nah sekarang kita sudah memberikan rekomendasi kepada 2 perusahaan yang ingin membangun pabrik itu, dalam rangka untuk mereka menampung sawit-sawit rakyat ini,” imbuh Bupati Sahani.
Menurut Bupati selama ini pemerintah sudah melakukan beberapa langkah untuk mendukung perkebunan sawit rakyat. Salah duanya adalah dengan memberikan bantuan bibit dan bantuan pupuk.
Narasi : Arlan
Redaktur : Verry Yudhistira