Tanjungpandan, Media Center – Di Belitung, siapa yang tak kenal Sidik. Kalau ia berlakon tidak pernah menggunakan teks. Kata-kata yang ia tuturkan saling berkait menyerupai pola pantun dan itu disampaikan spontan dengan improvisasi. Microphone di tangan Sidik, membuat lawakan menjadi sangat dominan. Kegiatan unsur ini, yakni lakon tanpa teks, spontan dan improvisasi serta lawakan merupakan bentuk media tradisional yang mulai dilirik Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai alat untuk menyebarkan (desiminasi) informasi pembangunan.
Ketua KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) Sepakat Kembiri Martoni menyebutkan, Sidik bercerita tentang pentingnya pajak dan harus dibayar agar pembangunan di Belitung berjalan lancar. Pemanfaatan media tradisional ini pun diperkuat dengan spanduk di panggung yang berisi ajakan “Yuk Kite Mayar Pajak Idang Ngembangun Belitong”.
Cara Sidik mengajak tentu berbeda dengan ajakan Sekda Belitung MZ Hendra Caya yang didampingi Asisten Setda Bidang Ekonomi dan Pembangunan Jasagung Hariyadi dan PLT Kepala Dinas Pendapatan Daerah Iskandar Febro yang menghimbau masyarakat taat membayar Pajak Bumi dan Bangunan setelah diserahkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang-Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT – PBB)
Penyerahan SPPT PBB ini berlangsung di halaman Kantor Desa Kembiri, Kecamatan Membalong pada Sabtu (4/5/2019) pagi dihadiri Camat se-kabupaten Belitung. Lokasi penyerahannya di pilih di desa karena Kembiri merupakan Desa di Kabupaten Belitung yang dapat mencapai target perolehan PBB. Selanjutnya lembaran SPPT-PBB ini diserahkan kepada para kolektor Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan dalam waktu dekat akan segera bergerak turun ke masyarakat. Mereka akan mengantarkan surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) PBB langsung ke alamat wajib pajak tahun 2019 ini, besaran pajak mengalami penyesuaian karena beberapa tahun sebelumnya tidak mengalami perubahan.
Martoni dan Sidik memang bukan keynote speaker, istilah asing yang aneh di telinga masyarakat awam namun kehadiran Kelompok Informasi Masyarakat seperti Martoni dan sosok seniman seperti Sidik yang mengungkapkan ungkapan dan simbol yang mudah dimengerti masyarakat dalam memahami pembangunan dianggap penting.
Media tradisional tidak terpisahkan dari seni pertunjukan rakyat. Seringkali bentuk media tradisional disebut sebagai folklore. Bentuknya antara lain cerita atau prosa rakyat, ungkapan rakyat, puisi rakyat, nyanyian rakyat, teater rakyat, gerak isyarat, alat pengingat badan bunyi-bunyian.
Dengan begitu, Dispenda secara tidak langsung telah melakukan pembinaan terhadap keberadaan media tradisional di Kabupaten Belitung (Martoni/Kim Sepakat/Fithrorozi/IKP)