Tanjungpandan, Mediia Center – Perpustakaan saat ini sedang berusaha melakukan perubahan. Jika dulu perpustakaan yang hanya dijadikan tempat meminjam buku, maka perubahan saat ini menjadi sarana untuk mendorong akses publik guna pengembangan masyarakat. Dalam paradigma ini perpustakaan diharapkan memanfaatkan untuk menghadapi permasalahan hidup untuk meningktkan taraf sosial ekonomi masyarakat. Oleh karena itu perpustakaan nasional bersama bekerja sama Dinas perpustakaan dan kearsipan berusaha mengadakan stakeholder meeting guna mempersiapkan hal tersebut.
Kegiatan stakeholder meeting ini dihadiri oleh Wakil Bupati, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Belitung, perwakilan dari Perpusatakaan Nasional RI, OPD terkait, dan perwakilan Desa. Rapat ini diselenggarakan guna mendapatkan dukungan pengembangan perpustakaan menuju transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.
Untoro selaku konsultan Perpusnas RI menyebutkan bahwa Dalam paradigma ini perpustakaan juga dituntut untuk memberikan akses yang sama bagi semua kelompok. Jika dulu perpustakaan hanya akrab dengan anak sekolah, sekarang perpustakaan harus bisa dimanfaatkan oleh pengunjung dewasa.
“Pengunjung dewasa ini bisa memanfaatkan fasilitas perpustakaan untuk mendapatkan informasi membuat kerajinan, pupuk kompos, dan kebutuhan hidup lainnya,” ungkap Untoro saat memberi sambutan di ruang rapat Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Belitung pada selasa (20/08/2019).
Menanggapi hal ini Wakil Bupati, Isyak Meirobie menyebutkan bahwa perpustakaan bisa diibaratkan sebagai mesin waktu.
“Maksud dari Perpustakaan sebagai time machine adalah perpustakaan menjadi penyediaan informasi baik itu dimasa lalu dan juga menyediakan suatu yang diprediksi terhadap perkembangan zaman di masa yang akan datang,” ujar Wabup.
Menurut Wabup perpustakaan berperan sebegai gudang informasi masyarakat. Tanpa perpustakaan indeks pembangunan masyarakat berjalan dengan lambat.
Oleh karena itu perpustakaan harus memiliki 4 kunci karakter. Pertama perpustakaan menjadi leisure (tempat wisata). Kedua, learn perpustakaan menjadi tempat belajar. Ketiga, laugh, perpustakaan memberikan kegembicaran. Dan terakhir love akhirnya perpustakaan menimbulkan kecintaan masyarakat terhadap perpustakaan itu sendiri.
Program ini juga memberikan bantuan kepada 5 desa yang ada di Belitung, yaitu Badau, Sungai Samak, Sijuk, Seliuk, Air Batu Buding, dan Air Saga. Bantuan ini berupa pemberian 3 unit komputer untuk masing-masing desa. Komputer ini tidak digunakan untuk aadminstrasi kantor namun hanya untuk akses informasi masyarakat.
Untuk tahun ini program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial sudah diterapkan di 21 provinsi, 60 Kabupaten, dan 300 desa. Di Provinsi Bangka Belitung ada 3 kabupaten yang dipilih untuk mendapatkan program ini yaitu Kabupaten Bangka, Belitung, dan Belitung timur. Pemilihan ini dikarenakan akses, sebaran informasi, dan keberadaan perpustakaan di desa. (Arlan/IKP)