Bandung, Media Center – Usai melakukan ekspor pertama bulan lalu, Koperasi Plasma Kacang Butor melakukan perjanjian kerja sama dengan PT. Cinquer Agro Nusantara (CAN), selasa (12/10/2021). Kerja sama ini dilakukan guna mendukung ekspor lada ke luar negeri.
Selain memastikan kelanjutan kerja sama ekspor. Kerjasama ini juga bertujuan untuk dapat melakukan penerapan teknologi, serta pelaksanaan community development bagi petani dan petani muda.
Dewan pembina PT. Cinquer, Arief Rahman menyebut bahwa perusahaan ini berpusat di Bandung namun memiliki laboratorium di Bangka Belitung dan Lampung. Selain itu mereka juga memiliki perwakilan langsung di Belanda. Menurut Arief keutamaan produk dari perusahaan ini adalah kualitas dari produk. Kualitas ini didasari oleh kepastian terhadap siapa petani yang memproduksi (traceabilty), dan kemurnian dari tiap produk. Jejak produksi lada ini sangat penting bagi para pembeli.
“Selain ekspor, kita ingin konsumen lokal juga teredukasi dan dapat menikmati lada yang bukan campuran,” ungkap Arief.
Menurut perwakilan PT. CAN, Yayang Vionita, perusahaan ini juga memiliki program yang dinamai Spiceup. Program yang dimulai sejak tahun dari tahun 2018 ini merupakan community development berbasis aplikasi untuk para petani. Sampai saat ini program ini sudah melibatkan lebih dari 3000 petani. Targetnya, ada 100.000 petani dari 4 provinsi yang terlibat .
Program ini bertujuan untuk mengedukasi petani tentang cara bertanian dengan baik. Hal ini disesuaikan dengan kondisi cuaca dan kondisi tanah. Selain itu program ini juga membantu petani dalam informasi penggunaan pupuk, harga pasar, hama penyakit, dan beberapa informasi lainnya.
Ketua Koperasi Plasma Kacang Butor, Suhardi. Menyebutkan bahwa koperasi lada sudah mengirimkan lada ke PT. CAN. Beliau mengaku bahwa tertarik dalam melakukan kerja sama karena tidak hanya menerima lada, namun juga memberikan edukasi kepada para petani.
“Kedepannya kerjasama ini dapat terus berlanjut. Karena dengan kerjasama ini dapat membantu petani dalam menanam dan merawat tanaman lada sehingga mendapatkan hasil yang optimal,” ungkap Suhardi.
Bupati Belitung, Sahani Saleh menyebut bahwa saat ini petani harus sudah bertani dengan memanfaatkan teknologi. Karena tanpa teknologi petani akan sulit mengoptimalkan potensi perkebunannya. Oleh karena itu pertemuan ini tidak hanya melibatkan dinas pertanian dan dinas KUKMPTK, namun juga Dinas Kominfo yang membidangi teknologi digital.
“Bidang pertanian lada ini memang menjadi konsern kita saat ini, karena kita ingin lada kita berkembang dan semakin dikenal oleh dunia,” ungkap Bupati Sahani.
Bupati menyebutkan bahwa adanya penggunaan teknologi ini sudah lama diharapkan diterapkan pada petani di Belitung. Pengoptimalan hasil pertanian, kesejahteraan petani dapat meningkat. (Arlan/IKP)