Home > Berita > Kesehatan > Masyarakat Diharapkan Peduli Sistem Sanitasi

Masyarakat Diharapkan Peduli Sistem Sanitasi

Tanjungpandan, Media Center – Guna mendorong peningkatan taraf kesehatan masyarakat maka perlu adanya suatu peningkatan kesadaran masyarakat terhadap sistem sanitasi. Gerakan ini disebut dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). STBM ini memiliki lima pilar perilaku diantaranya yaitu; Stop Buang Air Besar Sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengamanan sampah rumah tangga, serta pengamanan limbah cair rumah tangga.

dr. Suhendri Sp.og, selaku Kepala Dinas Kesehatan menyebutkan bahwa sampai dari pilar STBM yang pertama baru ada 12 desa di Kabupaten Belitung yang menjadi desa ODF (Open Defecation Free). Keduabelas desa tersebut diantaranya yaitu Air Batu Buding, Gunung Riting, Kembiri, Mentigi, Petaling, Suak Gual, Aik Ketekok, Aik Rayak, Buluh Tumbang, Lesung Batang, Paal Satu, dan Perawas.

“12 desa sudah mendeklarasikan sebagai desa ODF. Artinya desa tersebut masyarakatnya sudah memiliki akses untuk tempat buang air”, ujar dr Suhendri saat diwawancarai usai membuka rapat dengan perangkat Camat dan Desa di ruang rapat Bappeda pada selasa (10/09/2019).

Menurut data dari dinas kesehatan menyebutkan 4 pilar lain juga belum menunjukan hasil yang menggembirakan. Pilar kedua yaitu cuci tangan pakai sabun pada 5 waktu penting baru mencapai angka 16,6%. Pilar ketiga, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga baru berada di angka 59,3% masyarakat yang sudah mengakses air yang terlindungi. Pilar keempat, baru sekitar 11,9% sampah rumah tangga yang dikelola. Dan pilar kelima, masih ada 38,24% masyarakat yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbah.

Lanjut Suhendri menyebutkan bahwa setiap stakeholder penting untuk peduli dalam mendorong terwujudnya STBM. Dinas kesehatan pada dasarnya hanya memiliki peran 30% dalam menunjang kesehatan. Sisa peran dimiliki oleh lembaga lain.

Salah satu contoh adalah dibidang pendidikan. Setiap sekolah sudah seharusnya menyediakan jumlah WC yang proporsional dengan jumlah muridnya. Jika tidak maka resiko WC sekolah tersebut akan kotor dan tidak sehat akan sangat besar.

Suhendri juga berharap dalam tahap setiap rumah di Belitung memiliki saluran pembuangan air limbah. Meskipun secara idealnya setiap pembuangan air di rumah harus melewati septic tank terlebih dahulu. Kemudian melalui proses penyaringan baru masuk ke got.

Padahal perbandingan biaya yang dikeluarkan untuk menanggapi hal ini dengan biaya pengobatan jauh lebih murah. Investasi sistem sanitasi dengan biaya pengobatan yang harus ditanggung masyarakat bisa mencapai per1/5. (Arlan/IKP)