Tanjungpandan, Media Center – Jamboree identik dengan kegiatan berkumpulnya sekelompok orang di satu lokasi. Biasanya mereka berasal dari beragam lokasi. Namun hal yang berbeda bisa kita temui pada kantor Kwarcab Pramuka Belitung pada jumat (16/10/2019). Puluhan anggota Pramuka dari kelompok penegak dan penggalang ramai berkumpul untuk ikut kegiatan Jambore On The Air (JOTA) dan Jambore on The Internet (JOTI). Melalui kegiatan ini mereka mendapatkan kesempatan berkomunikasi dengan anggota pramuka lain dari seluruh dunia lewat jaringan frekuensi radio dan Internet.
Deri Adriansyah, Sekretaris panitia penyelenggara kegiatan ini menyebutkan bahwa kegiatan JOTA dilakukan melalui jaringan radio amatir. Oleh karena itu mereka menggandeng pihak ORARI sebagai operator teknis kegiatan ini.
“Kalau JOTA Itu berhubungan dengan menggunakan radio amatir, jadi anak-anak pramuka bisa berhubungan langsung dengan kwartir cabang lain maupun internasional” ungkap Dedi.
Kegiatan JOTA ini sendiri diikuti oleh 162 anggota Kwartir cabang Belitung. Sedangkan untuk kegiatan JOTI karena bisa dilakukan di rumah masing-masing maka jumlahnya tidak dibatasi. Dedi mengaku jumlah peserta JOTA dari Kwarcab Belitung tiap tahunnya mengalami peningkatan.
Deri menyebutkan kegiatan ini dilakukan selama tiga hari, mulai tanggal 16-18 Oktober 2019. Pada hari pertama kegiatan anggota Kwarcab Belitung sudah bisa berkomunikasi dengan jaringa dari berbagai negara asing.
“Dari luar negeri sudah ada yang masuk, dari filipina, malaysia, dan Thailand,” imbuh Deri
Kegiatan ini menurut Deri, bertujuan untuk mengembangkan dan memperluas wawasan dari para anggota pramuka. Serta guna saling bertukar informasi dengan anggota pramuka dari seluruh dunia.
Penanggung jawab izin khusus radio amatir dari pihak Orari, Irfan Jalaferi menyebutkan bahwa pengalaman berkomunikasi bagi anggota pramuka akan sangat berguna. Menurut Irfan dalam kondisi darurat bencana, jaringan radio bisa menjadi satu-satunya saluran yang bisa digunakan untuk berkomunikasi
“Banyak kejadian misalnya di Palu dan Tsunami Aceh kemarin yang pakai jaringan radio amatir untuk berkomunikasi dengan luar, karena jaringan seluler sudah tidak bisa digunakan,” ungkap Irfan.
Dalam ingatan Irfan Kwarcab Belitung sudah aktif mengikuti kegiatan JOTA ini sejak tahun 1990an. Sejak saat itu Kwarcab Belitung hanya absen satu kali dalam keikutsertaan, yaitu pada tahun 2017 lalu. Sedangkan untuk JOTI baru diikuti pada tahun 2019 ini.
Dunia Internasional sudah memulai kegiatan JOTA sejak 82 tahun yang lalu. Sedangkan Indonesia mulai aktif ikut serta sejak 40 tahun silam.(Arlan/IKP)