SIJUK , Media center – Indonesia menduduki posisi sebagai negara penyumbang sampah plastik terbanyak nomor dua di dunia. Kenyataan ini tentunya menjadi tamparan keras, mengingat Indonesia merupakan daerah kepulauan yang dikelilingi laut dan keanekaragaman hayati yang sangat indah dan paling lengkap di dunia.
Kabupaten Belitung sebagai salah satu kawasan di Indonesia yang sedang giat-giatnya memajukan pariwisata juga berupaya untuk memerangi sampah. Dimulai dari hal kecil, salah satunya adalah dengan menyediakan thumbler atau botol minuman isi ulang. Harapannya adalah untuk mengurangi sampah plastik dari minuman kemasan. Upaya ini ternyata juga dilakukan oleh peserta Jambore Nasional Relawan Penanggulangan Bencana yang berlangsung pada 9-12 Oktober 2019 di Pelangi Lake and Resort Desa Keciput Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo saat memberikan sambutan pada penutupan Jambore dengan tegas menyatakan untuk menjadi negara yang lebih baik, bukan hanya dimulai dari pemerintah atau pemimpin di daerah tetapi dimulai dari diri masing-masing. “Kita harus bisa memulai dari diri sendiri dan hari ini telah dibuktikan dengan menunjukkan tidak lagi menggunakan air minum kemasan sekali pakai. Namun diganti menggunakan thumbler sehingga diharapkan semakin banyak orang yang sadar dan paham agar bisa menjaga lingkungan dan merawat alam kita,” terang Doni di depan para peserta Jambore, Jumat (11/10/2019).
Doni menjelaskan, bencana bukan hanya terjadinya gunung berapi, gempa bumi, banjir ataupun tanah longsor. Saat ini banyak terjadi bencana hidrometeorologi yang sebagian besar penyebabnya adalah perilaku manusia dengan melakukan penebangan pohon, membakar hutan, membakar ladang dan lahan gambut sehingga merusak ekosistem. Ditambah lagi dengan membuang limbah di berbagai daerah termasuk juga motorik sampah terutama sampah plastik. “Namun ini semuanya akan bisa teratasi kalau kita semua bisa bergandengan tangan meningkatkan pengetahuan masalah dan merubah perilaku masyarakat,” lanjut Doni. Intinya adalah, pada saat tidak terjadi bencana alam di suatu daerah, para relawan harus siap menjadi relawan bela alam. (Siti Rofiqoh/Mc Belitung)