Tanjungpandan, Media Center – Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2024 kembali digelar di Kabupaten Belitung sejak Jumat (25/10/2024) hingga Kamis (31/10/2024) di Green Tropical Village Hotel & Resort, Belitung. Komunitas Seni Sarong Budaye (SaBud Entertainment) kembali menjadi Hub Sumatra (Komunitas yang menjadi Simpul Jejaring untuk Regional Sumatra).
“Alhamdulillah, tahun ini kami kembali dipercaya untuk menjalankan program Pekan Kebudayaan Nasional 2024. Tahun lalu, Belitong berhasil menjalankan tugas PKN di Fase Panen. Capaian tahun lalu membuka peluang bagi kami seniman Belitong membawa nama baik kampong halaman dan berkontribusi untuk pemajuan kebudayaan, dengan serius dan bersungguh-sungguh,” papar Rafiq Ikhsan, Direktur Komunitas Sabud Entertainment.
PKN sendiri merupakan agenda tahunan yang digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia. Tahun ini, Pekan Kebudayaan Nasional masuk fase lanjutan yaitu Fase Rawat. Fase Rawat ini memang mengkhususkan pada Ragam Keroncong Sumatra.
Belitung, melalui Komunitas Seni Sarong Budaye, terpilih sebagai satu dari tiga Hub Sumatra, bersama Komunitas Gubuak Kopi dari Solok, Provinsi Sumatra Barat dan Sekolah Seni Tubaba dari Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung. Wilayah kerja Belitung meliputi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Jambi, dan Provinsi Kepulauan Riau. Terdapat 15 komunitas yang turut serta dalam Lokakarya bertajuk Ragam Keroncong Sumatra. Kegiatan ini untuk memperkuat Simpul Jejaring Sumatra, sebagai implementasi Objek Pemajuan Kebudayaan dan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah, dengan mengusung tema besar Pendidikan Kontekstual.
“Kami meyakini bahwa, kebudayaan, dimana kesenian menjadi bagian di dalamnya, adalah media untuk menyampaikan pendidikan karakter. Rangkaian kegiatan ini sudah kami mulai sejak bulan September, diawali dengan kunjungan kepada beberapa komunitas di Provinsi Jambi dan Provinsi Kepulauan Riau. Hingga akhirnya, terjaring 15 komunitas yang kami anggap layak dilibatkan untuk kerja kebudayaan ini. 3 dari Kabupaten Belitung Timur, 3 dari Kabupaten Belitung, 3 dari Pulau Bangka, 3 dari Provinsi Jambi, dan 3 dari Provinsi Kepulauan Riau. Ini menjadi penting sebagai penguat Hub Sumatra yang sudah kami emban,” sebut Renny Destiani, S.Sn, sebagai Koordinator Hub Sumatra sekaligus Wakil Ketua Dewan Kesenian Provinsi Bangka Belitung.
Menurut Reno Izhar, Fasilitator dalam kegiatan PKN 2024, PKN tahun lalu wilayah kerja Simpul Jejaring masih berkisar pada wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitun, maka pada tahun 2024 wilayah kerja Simpul Jejaring akan berfokus pada regional masing-masing.
“Kegiatan ini merupakan model penelusuran musik keroncong yang ada dan berkembang di Pulau Sumatra. Kami, seniman muda, mencoba melakukan penjajakan kembali atas keberadaan keroncong di Sumatra dengan berbagai kompleksitasnya. Karena itu, kami mendisiplinkan diri menelusuri sejarah bunyi, rantai bunyi dan idiom, saling silang budaya masa silam, baik dalam berbagai kesenian musik tradisi maupun musik pengiring tarian yang dicurigai berkaitan dengan keroncong. Lokakarya ini sebagai bagian penting untuk mendiskusikan kemungkinan-kemungkinan lainnya,” sebut Reno Izhar, S.Sn.
Irwansyah, S.Sn, salah satu fasiliator dalam kegiatan ini menyebut PKN 2024 diikuti oleh 17 peserta dari berbagai sejumlah sanggar di Sumatera. Adapun peserta yang terlibat antara lain:
Suherman (Pengekar Campo – Suak Gual);
Lucki Febrian (Sanggar Negeri Melayu – Selat Nasik);
Della Selvia Pratiwi (Sanggar Seni Sedulang Budaye – Membalong);
Idham Khunaifi (Sanggar Kemuning – Manggar);
Aries Dwi Agta (Sanggar Payung Tara – Kelapa Kampit);
Teguh Firmadona (Sanggar Nyiur Ethnic Chamber – Gantong);
Syaputra Hadi Wijaya (Sanggar Gonk Production – Bukit Intan);
Andi Darmawan (Sanggar Seni Lawang Budaya – Sungailiat);
Muhammad Ali Hanapiah (Sanggar Cikar Sinar Gemala – Mendo Barat);
Anggi Okprida Mailana (Tepak Karsa – Pesisir Bukit);
Dianto Sonawa Pobay (Sanggar Seni Rasi – Kota Baru);
Deni Safutra (Sanggar Seni Bako Lantang – Muara Trembesi);
Muhammad Razif (Sri Gurindam Melayu Gazal Pulau Penyengat – Tanjungpinang Kota);
Shafur Bachtiar (Staman – Tanjungpinang Kota);
Said Fakhrur Ar Rozzie (Sarvati Indonesia – Tanjungpinang Timur);
Edythia Rio Wirawan (Sekolah Seni Tubaba – Sukau); serta
Albert Rahman Putra (Komunitas Gubuak Kopi – Solok).
“Semua peserta sejak awal sudah kami minta mendalami kesenian daerahnya masing-masing. Hal ini sebagai bekal ketika lokakarya berlangsung. Mereka memang kami minta menggali kesenian yang memiliki kemungkinan jaringannya dengan keroncong,” ucap Irwansyah.
Iqbal H. Saputra, Ketua Dewan Kesenian Belitung menilai kegiatan ini dapat memperkuat pengetahuan musik di antara musisi, terjadinya pertukaran pemahaman musikal di antara sub-genre dan kebudayaan musik antar peserta. Kegiatan ini juga diharapkan memantik para pelaku dan komunitas musik untuk berkolaborasi serta berelaborasi.
“Kami melihat musik keroncong tidak hanya sebagai hibriditas musikal dampak kolonialisme. Hipotesis melalui berbagai kajian yang kami lakukan, ada dampak dari proses kolonisasi (Indianisasi) dan pengaruh masuknya Islam sejak ratusan tahun lamanya. Untuk membuktikan asumsi tersebut kami lakukan presentasi musikal, esplorasi konsep, dan beberapa tahapan lainnya, hingga pertunjukan oersembahan sebagai luaran program,” ucap Iqbal (Kontributor PKN 2024).