Tanjungpandan, Media Center– Rumah adat khas Belitong, atau yang biasa rumah panggong (panggung) kini keberadaanya semakin minim di lingkungan masyarakat. Pilihan untuk membangun atau merawat rumah panggong bukan menjadi hal yang utama bagi sebagian masyarakat Belitong. Namun Dr. Vitria Ariani selaku Ketua tim percepatan wisata pedesaan dan perkotaan, Kementrian Pariwisata menilai bahwa menjual rumah panggong bukan pilihan yang tepat.
“Boleh-boleh aja kalau ada investor yang membeli rumah itu terus dibikin kluster, tapi akan lebih baik kalau yang punyalah yang membangun itu,” ujar Vitria saat diwawancarai usai acara pembukaan festival desa wisata, kamis (18/07/2019).
Vitria menilai jika rumah itu sudah jadi hak milik orang lain, maka akan menghilangkan kearifan lokalnya. Menurut Vitria konstruk rumah panggong ini tentu sudah dipikirkan oleh nenek moyang kita sehingga rumah panggong ini dinilai lebih tahan akan bencana.
Vitria menghimbau masyarakat yang masih memiliki rumah panggong untuk tidak menjualnya, tapi memberdayakannya. Rumah-rumah ini bisa dijadikan home stay. Tidak hanya mengandalkan pemerintah, peran komunitas menjadi hal yang penting dalam membangun hal ini.
“Grassroot itu punya kekuatan yang punya kekuatan yang luar biasa loh,” ungkap Vitria
Momen menuju geopark dunia menjadikan Belitung mengembangkan kekuatan pariwisata yang bukan berasal dari alam saja. Ekosistem dari masyarakat, budaya, dan fisik dari situs geopark harus memiliki rangkaian cerita.
“Kalau kita bicara geopark kan story telling, sesuatu yang terlihat dan tak terlihat jadi complicated and related” Tambah Vitria.
Momen geopark ini juga bisa menjadi alasan yang kuat untuk melestarikan rumah-rumah panggong yang ada di Belitong. Karena itu bisa menjadi bukti otentik bahwa cerita itu. Desa-desa yang bisa menunjukan nilai-nilai heritage melalui rumah panggong bisa menjadi pilihan utama wisatawan. Asalkan didalam rumah diperbaiki sesuai dengan standar internasional.
Membangun desa wisata merupakan solusi yang paling mudah, dan paling cepat dalam meningkatkan taraf ekonomi di kawasan pariwisata. Jika dibandingkan dengan agrowisata yang harus menunggu waktu berbulan-bulan. Biaya-biaya pertanian dan resiko gagal panen membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Solusi desa wisata yang dilakukan oleh masyarakat lokal tahap demi tahap bisa lebih cepat menghasilkan dibanding membangun agrowisata. (Arlan/IKP)