Home > Berita > Pariwisata > Tak banyak yang tahu, Ini Salah Satu Potensi di Desa Kacang Butor

Tak banyak yang tahu, Ini Salah Satu Potensi di Desa Kacang Butor

Badau, Media Center– Tak pernah kehabisan potensi, itulah ungkapan yang cocok disematkan untuk Kecamatan Badau. Pasalnya wilayah ini memiliki banyak situs yang sarat akan sejarah dan budaya. Salah satunya adalah situs Batu Kuta’an yang ada di Desa Kacang Butor. Menurut penjelasan Hadian, Kepala Desa Kacang Butor situs batu yang memiliki keitinggian sekitar 30 meteran ini memiliki cerita tersendiri bagi masyarakat di Desa Kacang Butor.

“Kalau kata orang tua dulu, ini merupakan sarangnya makhluk gaib, tapi juga sering disebut sebagai salah satu tempat peristirahatan Tuk Mayang Gresik”. Ungkap Hadian saat menemani tim Diskominfo mengunjungi situs batu kutaan pada Kamis (13/06/2019). Tuk Mayang Gresik sendiri merupakan raja pertama dari Kerajaan Badau. Salah satu kerajaan yang pernah berkuasa di Pulau Belitung ratusan Tahun yang lalu.

Batu Kutaan ini sendiri bisa ditempuh dengan jarak kurang lebih 4 KM dari kantor Desa Kacang Butor. Perjalanan menuju ke lokasi sendiri harus ditempuh dengan melewati perkebunan warga, dan perkebunan sawit industri. Di tengah perjalanan anda akan menyaksikan suburnya lahan perkebunan lada milik warga desa. Namun anda perlu berhati-hati melakukan perjalanan ke lokasi ini jika sehabis hujan, karena kontur tanah kuning yang basah akan mudah membuat roda kendaraan anda mengalami slip.

Lanjut Hadian menyebutkan bahwa situs Batu Kuta’an ini belum diketahui banyak orang selain masyarakat sekitar. Menurutnya hanya masyarakat lokal yang sering datang dan mengambil foto sambil duduk santai di atas bebatuan.

Hadian menceritakan bahwa situs batu kutaan ini juga menjadi salah satu lokasi bermain “menanginan”. Sebuah permainan lomba baling-baling dengan ukuran besar dengan memanfaatkan kekuatan angin khas masyarakat Belitung. Dirinya menceritakan bahwa lomba menanginan ini rutin dilakukan orang tua pada masa lalu saat selesai melakukan panen padi. Selesai lomba” menanginan masyarakat akan berkumpul untuk makan bersama sebagian dari hasil panen tersebut. (Arlan/IKP)