Tanjungpandan, Media Center– Lebih dari 40 orang dari komunitas bahasa, literasi, dan kebudayaan mengikuti kegiatan pembinaan di salah satu hotel di kawasan tanjung pendam . Kegiatan yang diinisiasi Kantor Bahasa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung guna semakin menguatkan pemahaman dan penggunaan bahasa indonesia termasuk untuk kepariwisataan.
Yani Paryono, M.Pd. selaku Kepala Kantor Bahasa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyebutkan bahwa wajah ruang publik di kabupaten kota di bangka belitung semakin banyak didominasi bahasa asing. Penamaan hotel dan restoran misalnya hampir sebagian besar menggunakan bahasa asing. Padahal Negara-negara dengan industri pariwisata maju lebih banyak menggunakan bahasa nasionalnya. Prancis, Jerman, Jepang, dan China adalah beberapa negara dengan industri pariwisata maju namun lebih mengutamakan bahasa nasional.
Dirinya menyebutkan bahwa melalui kegiatan selama 3 hari ini (14-16/05/2019) ini mampu menguatkan penggunaan bahasa Indonesia di ruang-ruang publik Belitung khususnya lingkungan pariwisata. Bangka Belitung sebagai bagian dari tanah melayu, dimana bahasa melayu dijadikan dasar bahasa Indonesia seharusnya bisa lebih fasih dalam menggunakan bahasa indonesia.
“Kalau sampai orang melayu kalah dalam menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan daerah lain kan sayang sekali,” kata Yani.
Saat membuka kegiatan ini, Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Jasagung Hariady, M.Si., menyebutkan bahwa Salah satu inisiatif yang dilakukan pemerintah Kabupaten Belitung adalah dengan menggunakan pantun dalam membuka atau menutup acara-acara. Dirinya menilai bahwa menggiatkan literasi begitu penting. Literasi menjasi syarat penting seseorang mampu untuk memahami mengolah, memanfaatkan informasi dengan benar. Membangun literasi dapat dilakukan dengan membentuk budaya membaca dan menulis sejak dini.
Jasagung juga menyebutkan bahwa giat literasi tidak hanya dilakukan di bahasa Indonesia, tapi juga peduli terhadap bahasa lokal. Salah satu kekhawatirannya adalah kelestarian bahasa suku sawang yang merupakan bagian dari masyarakat pulau Belitung. Saat ini, diperkirakan hanya ada 2 orang saja yang masih menguasai bahasa tersebut. (Arlan/IKP)